Kamis, 17 Oktober 2013

WORLD WAR Z





Beberapa waktu yang lalu gue berkesempatan kabur sejenak dari rutinitas yang biasa kami lakukan tiap harinya, kenapa gue bilang kami? Karena gue nggak nonton sendiri, pada hari itu gue nonton sama dayang-dayang gue (alias; pacar). Kami kabur bukan menghindari dari masalah ataupun kegiatan harian kami, melainkan menghabiskan waktu untuk mengkualitaskan hubungan. Selain bepergian mencari tempat makan baru yang enak untuk dicicipi, kami juga suka menghabiskan waktu untuk menonton film di cineplex. Dan pilihan kami waktu itu menonton film ini. Film ini udah nggak sabar gue tonton karena penasaran pengambaran dari buku ke filmnya bagaimana. Nggak ada harapan yang terlalu muluk-muluk sebetulnya karena gue juga udah pernah sekilas baca bukunya walaupun nggak sampai habis dan juga udah pernah lihat tayangan film ini, dan memang dari buku dan film nya sungguh jauh berbeda mungkin buku nya susah untuk difilmkan.

Tapi harapan yang udah gue turunkan sedemikian rupa nggak berhasil ngebuat gue maklum. Bukunya bagus, mahal pula. Trailernya keren, penggambarannya juga bagus. Tapi bagaimana bisa filmnya diluar ekspektasi gue?

Buat lo yang memang belum nonton, sebaiknya berhenti baca dari sini. Karena gue nggak ahli dan pintar dalam membuat review sebuah film, dan dijamin bakal banyak spoiler dalem tulisan gue ini. Buat gue, film ini punya kesamaan dengan bukunya. Judulnya.

Selain itu? Ceritanya total dibuat baru. Sudut pandangnya berbeda. Sangat jauh dari bukunya, dasar cerita yang dibuat jelas menjadi samar di film. Patient Zero misalnya,di buku berasal dari China dan dalam film jejaknya cuma ditemukan di Korea.

Juga nggak ada lobotomizer, kisah perang kapal selam armada angkatan laut China, nggak ada operasi transplantasi organ di Brazil, nggak ada kisah otaku Jepang yang kemudian menjadi seorang samurai. Bagian-bagian yang gue mau lihat di film itu lenyap.

Cukup complainnya.

Film ini tetap punya pesona sendiri, meskipun berbeda dan susah ditemukan.

Bercerita tentang seorang pensiunan petugas PBB yang dipanggil kembali untuk bertugas, WWZ betul-betul berjalan lurus saja. Nggak ada twist dan nggak perlu repot-repot mikir keras mungkin karena nggak sempet mikir. Nafas aja sering lupa.

Gimana nggak lupa bernafas, zombie yang jalannya lambat aja udah menyeramkan dan memacu adrenalin tingkat tinggi, lah yang ini zombie-zombie lari bertaburan kek lagi ada gempa tabur dimana-mana dengan brutalnya dan nggak ada henti menuju dimana aja ada sumber suara. Kalau perlu mereka bisa bertumpuk-tumpuk mirip gerombolan semut sampe bisa nerobos barikade dan beberapa tembok pertahanan lainnya. Skenarionya dibuat dengan ketegangan yang merata sepanjang film.

Yang gue liat sih skenarionya beda banget dari bukunya, tapi menyinggung sedikit-sedikit bagian dari sekian cerita yang ada. Sekilas, nggak begitu detil, kaya perang nuklir Iran dan Pakistan yang muncul dengan bentuk awan jamur di pojokan jendela pada scene penerbangan dari Korea ke Israel, dan zombie yang berasal dari seorang yang udah terinfeksi tetapi diselundupkan lewat pesawat terbang.

Yang mendapat cukup banyak ekspose hanya self-isolation Israel bisa dilihat difilm pada bagian pertengahan cerita. Bagaimana seolah-olah kebijakan membuat tembok disekeliling Palestina dan mengurung warganya jadi beralasan kuat. Bagi gue lebih bagian ini terkesan seperti propaganda Israel.

Selebihnya ya kita akan disuguhi banyak adegan Brad Pitt berlari :-p
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar