...
Only as you gasp your dying breath shall you understand, your life amounted to
no more than one drop in a limitless ocean. Yet what is any ocean but a
multitude of drops”.
Kutipan ini berasal dari film cloud atlas, susah
payah gue menyimak per kata, gue ulang beberapa kali sampe kalimatnya bisa
padu. Ntah tatanan katanya udah bener apa belum, secara gue bukan pakar bahasa
inggris. Tapi seengaknya gue memahami artinya. Beberapa bulan yang lalu film
ini lagi ngehits banget, beberapa kalangan orang penasaran pingin nonton. Tapi
bukan tontonan orang-orang yang mainstream, ada yang baru dikit diikutin. Film
ini lebih ke arah film yang mengajak kita untuk berpikir dan menyimpulkan bukan
film instan. Biasanya orang yang sudah menonton sebuah film sampai selesai dan
tau bagian endingnya, ketertarikan mereka untuk menonton ulang sangat sedikit.
Tapi biasanya kalau filmnya bagus, ada kemungkinan
beberapa orang tertarik untuk memutar dan menonton film itu lagi. Gue
tertantang untuk menonton berkali-kali film ini, sampai detik ini pun gue masih
menyimpan rasa penasaran mengapa bisa sampai sebegitu hebat nya settingan
sebuah film. Tapi karena gue belum tuntas menyimpulkan film, makanya gue nonton
untuk yang ke enam kalinya dan disini akan gue bahas filmnya.
Cloud Atlas terjalin dari enam cerita yang seakan
terpisah, berbeda latar waktu dan cerita, berdurasi sekitar tiga jam. Dari tiga
jam itu, setengah jam pertama gue bingung, setengah jam kedua gue nyerah, dan
sisanya gue pasrah dibawa oleh cerita-cerita ini. Mungkin memang seharusnya gue
nyerah dari awal dan ikut bermimpi. Film ini bener-bener bukan untuk dipahami
selama nonton dan ditebak-tebak endingnya.
Seperti mimpi, alur film ini berlompatan dari satu
kisah ke kisah lain.
Semuanya terasa terhubung dan misterius, sebelum akhirnya
jadi satu inti. Bagi gue, kaya dipaksa kembali ke usia lima tahun, tidur siang
setelah ngedenger donger dari nenek, hanya saja dengan mata kebuka dan
terus-menerus berpikir. Cerita dalam film ini digarap dengan detil sesuai
jamannya, dialog-dialog berlangsung dalam tempo yang tenang, seperti mimpi.
Karakter yang ada disini digambarkan dengan indah, perpindahan jiwa dari satu
badan dan satu jaman ke masa depan juga, meski nggak mudah dipahami ngebuat gue
berpikir tentang konsep karma. Dibantu pencitraan yang indah, semua kisah
terpisah dalam film ini kemudia menyatu bernyawa sama.
Kisah Sixsmith dan Frobisher, petualangan Mr. Meeks,
hidup singkat Sonmi dalam perbudakan dan ketakutan Zachry serta reaksinya pada
pengetahuan baru. Semuanya nggak jauh dari yang kita alami sehari-hari. Atau
setidaknya nggak jauh dari yang gue hadapi. Dalam tiap kisah, selalu ada bagian
dari kisah sebelumnya yang terbawa, melompat-lompat, jejak tadi tetap berhasil
disusupkan secara halus namun jelas.
Buat gue, bagian paling menarik dalam film ini
adalah perpindahan jiwa dari tiap karakternya. Wajah mungkin sama-sama Hale
Berry, tapi dalam setiap kisah selalu ada perubahan dalam peran. Selalu ada
perpindahan jiwa, membingungkan sekaligus berhasil menggambarkan bagaimana
keterkaitan perbuatan manusia pada satu waktu dengan kehidupan manusia pada
waktu yang lain tidak terputus.
Ngebuat gue berpikir, mungkinkah demikian dengan
jodoh? Kita masing-masing saling bertemu lagi dalam kehidupansekarang, seperti
kita bertemu di kehidupan yang dulu *halah*
Film ini layak banget buat ditonton, seengaknya
ditonton dua kali. Pertama kali untuk menangkap masing-masing kisah, kedua
kalinya untuk menghubungkannya. Nikmati sendiri, pada hari yang santai dengan
sound yang memadai. Alasannya? Nanti terjawab saat kalian menonton, selamat
menonton :-D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar