Sudah lepas tengah malam, aku lelah sebetulnya. Tapi
selagi ini masih hangat dalam pikiranku maka sebaiknya aku tuliskan di memo
handphone ku dan di posting ke blogger. Disinilah aku, dikelilingi buku-buku
lusuh dan kabel-kabel dingin tak bernyawa. Dari ventilasi samar sinar lampu
mulai masuk sedikit, udara sejuk mengalir sebagai tanda ada makhluk hidup di
komplek BPK A25 tepat di kamar paling depan. Ruangan mati ini bakal jadi
tempatku menasehati diri sendiri soal hidup dan kehidupan. Mungkin agak sulit
meleluconkan ini karena terdengar sarkas dan garing dari abad pertengahan
bahkan masih lebih baik dari ini. Sudah lupakan, jangan terpusat pada bagian
ini.
Beberapa hari ini kehidupan begitu tidak produktif
hanya dijejali banyak masalah yang hilir mudik, tidak ada aktivitas yang begitu
berarti. Sudah sangat jarang membaca buku, menggambar ilusi dan imajinasi
abstrak, mendengarkan lagu-lagu yang menyayat hati, memodifikasi sebuah foto
pun sudah tidak, bahkan memelukmu dengan penuh peluh sudah lupa rasanya. Hanya
ini yang terlintas di pikiran untuk menjejali blog dengan postingan-postingan
semu. Dalam waktu kurang setengah jam, aku seperti merasa berbicara dengan jiwa
ku sendiri, mungkin kurang lebih seperti ini percakapannya.
“Kawan, dalam ruangan kamar mu ini kehidupan mungkin masih ada,
tapi hidup dan kehidupan bukanlah hal yang sama. Tentu dirimu setuju dengan
kata-kata ku, coba kau resapi. Jikalau masih terasa janggal dan ragu, coba ubah
saja dalam bahasa perdebatan kita yang biasanya. Untuk hidup kau tak butuh
kehidupan, tapi untuk menjalani kehidupan kau butuh hidup bukan? Atau
sebaliknya, kau menjalani hidup untuk memperoleh yang disebut kehidupan? Bahasa
kita memang rancu kawan, dan seperti itulah hidup dan kehidupan. Ruwet namun
indah”.
Baiklah, let’s say life adalah yang kita sebut hidup
dan live adalah yang kita sebut kehidupan. Beberapa orang yang aku temui,
pernah bilang kehidupan yang nyata bisa kita jalani adalah kehidupan yang kita
tentukan sendiri dan kita pegang sendiri kendalinya dan tak cuma sekadar hidup.
Makan, minum, tidur, semua itu namanya tanda kalau kau hidup. Tapi apa bedanya
kau dengan amoeba kalau kau hidup cuma makan dan tidur saja? Apa bedanya kau
dengan pohon mangga di depan rumah itu? Tak ada beda, kau hidup tapi tak punya
kehidupan. Bersyukurlah pada Allah, dia memberikan kita porsi lebih dia diberikan
nafsu dan akal, dua hal yang membuat kita berbeda banyak dari yang kita sebut
binatang dan tumbuhan yang kita tak mau dimasukkan dalam salah satu kerabat
satu kerajaannya.
Get a live! Mungkin ini yang dikatakan orang tua ku
dalam versi bahasa debat. Hidup ini bukan untuk direnungi, bukan untuk dijalani
sekadar lalu, bukan untuk dipakai memuaskan nafsu. Kita punya tujuan, kita
punya sebuah misi di dunia ini, satu perimbangan antara nafsu dan akal. Satu
hal yang harus kita kejar dengan akal, itulah kenapa kita hidup menurutku,
“Kawanku, pikir dalam kerangka yang lebih luas mengapa kau
ditaruh lahir di bumi pertiwi Indonesia tercinta yang sedang banyak kasus
korupsi dan hutang ini? Mengapa kau tidak dilahirkan di negara adidaya yang
sejahtera atau negara penuh teknologi maju yang teratur dan bersih itu? Atau
bahkan mengapa kau tidak pernah berpikir mengapa kau tidak tinggal di Ethiopia
yang mengalami kasus kelaparan dan krisis ekonomi maha dahsyat? Sungguh tak
adil jika kau turut melihat hidupmu disini sebagai tambahan beban. Tidakkah kau
lihat kalau mungkin kau akan susah menjadi sesuatu yang benar-benar tidak
berguna jika lahir di negara-negara yang sudah maju itu? Atau mungkin kau makin
mengalami kesulitan yang makin parah ketika berada di negara miskin,
berpikirlah lebih dalam lagi mungkin kau akan lebih berguna disini dan disini
kau dapat dibentuk. Ini soal tujuan, soal sebab kenapa yang belum pasti akibatnya”.
Baiklah,
tak usah berpikir soal negara dulu, itu cuma perumpamaan. Kau hanya harus
mencari jalan keluar bagi masalah masalah mu sendiri, mencari jalan untuk pergi
dan pulang ke rumah, memanfaatkan waktu agar lebih produktif, menghabiskan
waktu agar lebih berkualitas bersama orang-orang yang dirasa mampu membuat
hidup menjadi lebih hidup dan satu hal lagi menulis dan membacalah sesuatu yang
lain selain puisi cinta yang menyedihkan itu. Untuk penegasan, berjanjilah
kawan kau akan berhenti melenguh dan mengeluh diwaktu yang sama. Berhenti untuk
mengeluh jika memang masih mampu kau atasi, mulailah berdiskusi bukakan pikiran
dan hati mu. Kita ini bukan sekadar hidup kan?
KITA
PUNYA KEHIDUPAN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar